Aksi FAM di Depan Bank Sulselbar Memanas, Massa Aksi Diduga Dipukul Oknum Keamanan


MAKASSAR, Sulselpos.id - Front Aktivis Mahasiswa kembali menggelar aksi unjuk rasa yang berujung kericuhan di depan Bank Sulselbar, Kota Makassar, Kamis (28/4/22).

Aksi yang digelar FAM gabungan dari DPP OPM dan GAMASI mendapat tindakan represif dari pihak keamanan.

Aksi ini Terkait dengan adanya dugaan pengelolaan penyaluran kredit yang bermasalah di Bank sulselbar tahun 2021

Sadam Husein sepaku Jendral lapangan dalam aksi tersebut mengatakan ada dugaan kredit bermasalah yaitu penempatan gaji direksi dan Dewan Komisaris diduga tidak sesuai tata kelola yang baik serta gaji dan upah Dewan Komisaris dibanyar lebih besar dari ketetapan minimal Rp.832.317.688,34.

"Pembayaran atas THT dan tunjangan IDP diduga kuat melebihi keputusan komisaris dan direksi, pembayaran iuran tunjangan astek yang ditanggung oleh PT Bank Sulselbar untuk komisaris, direksi dan pegawai diduga kuat melebihi ketentuan minimal, pemberian kredit modal kerja (KMK) kepada PT TAU diduga kuat tidak sepenuhnya menerapkan prinsip ketidakhatihatian pada Bank Sulselbar cabang Soppeng dimana hal tersebut diduga kuat mengakibatkan penyaluran kredit kolektibilitas (macet)," katanya.

Sadam Husein mengatakan massa aksi mendapat tindakan represif dari pihak keamanan.

"Kami mendapat tindakan represif ada salah satu massa aksi mendapat pukulan dari oknum keamanan Bank Sulselbar, hal ini sangat mencederai kebebasan berpendapat," ujarnya.

Lebih lanjut Sadam mengungkapkan "Seharusnya pihak Bank keluar berdialog bukan benturkan kami dengan pihak keamanan yang sangat represif, ini sangat mencederai gerakan mahasiswa untuk mengkriti ketimpat yang terjadi," 

Sadam Husein juga mengungkapkan kekecewaan kepada Bank Sulselbar yang tidak berani untuk keluar berdialog.

"Patut kami curiga pihak Direktur Bank Sulselbar tidak berani menemui kami disini untuk mengklarifikasi, dengan hal tersebut dugaan kami sangat jelas ada keburukan didalamnya," jelasnya.

Sadam juga meminta segera mungkin pihak PLT Direktur Bank Sulselbar dicopot.

"Plt Direktur kami duga tidak bisa menyelesaikan masalah, olehnya itu segera mungkin harus dicopot," katanya .
Lebih lanjut dia mengatakan, Berdasarkan peraturan UU PT dan peraturan pemerintah PT dan pp 47/2012 menyatakan bahwa besaran dana CSR adalah tidak spesifik, sesuai kebijakan perusahaan meski demikian biaya CSR wajib tetap dikeluarkan diperhitungkan dan dianggarkan oleh perusahaan sesuai dengan keputusan dan kewajiban. Hal ini tercantum dalam UU 40/2007 pasal 74 ayat 2. 


"Dimana pengelolaan dan penyerapan dana CSR diduga belom maksimal dalam pertanggungjawaban program corporate social responsibility (CSR) untuk tahun 2018, 2019, dan 2020, belom di sampaikan minimal sebesar Rp. 28.3275.510.256,00 serta masih ada beberapa poin yang diduga kuat terjadi kesalahan di Bank Sulselbar," ungkap Sadam.

 "Sehubungan dengan hasil investigasi kami bahwa adanya dugaan kredit macet dengan nilai yang fantastis di beberapa daerah di Sulawesi-selatan tentu menjadi cacatan buruk bagi bank Sulselbar dengan visi menjadikan Bank Kebanggaan dan Pilihan Utama Membangun Kawasan Timur Indonesia, bank Sulselbar berkeinginan untuk memberikan rasa bangga kepada masyarakat dengan menyediakan produk yang kompetitif dan bernilai tinggi serta layanan yang berkualitas," lugasnya.

Diketahui tuntutan aksi DPP OPM yaitu :
 1. Copot PLT Direktur utama dan Direktur Pemasaran & Syariah Bank Sulselbar
 2. Mendesak Gubernur sulsel segera melakukan tindakan tegas terkait adanya dugaan temuan di Bank Sulselbar 
 3. Mendesak Kejati Sulsel segera memanggil pihak Bank Sulselbar untuk melakukan penyelidikan terkait dugaan temuan tersebut..

Diketahui aksi ini merupakan aksi yang ketujuh oleh FAM di depan Kantor Banks SulSelBar.

Sampai berita diturungkan masih sementara menghubungi pihak terkait untuk mengklarifikasi.

Pardi


0 Komentar