Jangan Rusak Mood Lebaran Para Jomblo, Jadi Stop Bertanya Kapan Nikah

Andika Putra
OPINI, Sulslepos.id - Menjelang lebaran Idul Fitri Tahun 2023 ini, saya merasa dibayangi kecemasan yang berlebih yang sebenarnya tidak harus dicemaskan. Menjawab pertanyaan, kapan menikah? kerja di mana? Buset, itu pertanyaan yang paling random dan unfaedah menurutku.

Kesimpulan dari pedebatan remaja jomblo di warung kopi, katanya lebaran tahun ini akan menjadi lebaran paling menyebalkan. Loh, kok bisa? Sini, saya kasi tau, makanya dibaca sampai akhir.

Dulu saya sering kali berpikir bahwa lebaran menjadi momentum paling asik karena bisa berkumpul dengan semua keluarga di satu tempat yang sama. Membahas tentang pasangan sampai kepada pekerjaan dan rutinitas sehari-hari.

Belakangan, setelah melewati beberapa kali hari raya lebaran dan melewati proses pendalaman terhadap pertanyaan itu baru saya menyadari bahwa keluarga selalu memiliki perspektif yang berbeda terhadap setiap pertanyaan yang diajukan. Iya, termasuk pertanyaan kapan menikah? Kerja di mana? Yang membuat banyak orang dongkol dengan pertanyaan tersebut.

Bagi saya pribadi, lebaran menjadi momentum berkumpul dengan keluarga yang tidak lebih hanya sekedar ajang interogasi soal pernikahan dan pekerjaan. Sangat menyebalkan memang. Bahkan membuat mood menyantap ayam goreng buatan Ibu hilang seketika.

Kadang kasihan juga dengan ibuku, ketika melihat teman sebayaku yang sudah bersama dengan pasangannya menggendong bayi kecilnya saat berkumpul bersama keluarga membuat saya merasa gagal menjadi seorang anak laki-laki. Usia orang tua yang semakin renta, membuat saya semakin tidak tega menyaksikan keluarganya yang lain mencecar anaknya yang masih perjaka ting-ting ini seputar kenapa masih menjoblo.

Orang Indonesia ini suka sekali bertanya seputar pribadi Kenapa masih menjomblo, Kenapa belum menikah, dan Kenapa belum kerja.

Ternyata orang Indonesia memegang erat budaya gotong-royong. Jadi intinya, di masyarakat senang sekali melakukan dan mengurusi sesuatu secara bersama-sama. Lebih mementingkan urusan orang lain daripada urusan pribadi. Bener, gak sih?. Jangan bertanya itu teori dari mana. Itu teori kubuat sendiri.

Aneh, memang terdengar aneh namun itulah kenyataanya. Orang Indonesia ini sering kali menganggap urusan pribadi itu merupakan urusan bersama. Bahkan kerap kali menjadi aneh dan bahan ledekan di tetangga ketika salah satu bagian pribadi seseorang tidak diketahui yang lainnya. Misal, “Eh, tau gak kalo anak Pak Aji tetangga kita tuh gagal nikah dengan pacarnya karena keburu putus. Kalo kamu gak tau mah, keterlaluan. Info itu sudah diketahui warga sekampung loh”.

Ini juga menjadi sebab kenapa netizen indonesia kecewa ketika tiba-tiba Marshel Widianto mengumumkan anak pertamanya tanpa mengabari kapan dia menikah dengan mantan personel JKT48, bagaimana persiapannya, dan untuk apa dia membeli video Dea OnlyFans, dan sebagainya. Netizen Indonesia haus privasi orang lain!.

Pertanyaan yang menyakitkan ini bahkan dianggap sebagai basa-basi untuk memperkuat kekerabatan. Ya, sudah lama gak ketemu, sekarang udah besar. Kerja dimana? Pacar kamu sekarang siapa? Tinggal dimana? Ajak ke rumah dong!. Masa gak mau diajak, masih jomblo yah?.

Ah, lebaran memang gitu. Menjadi momentum mengurusi hal yang privasi. Nyela dikit dijawab “gitu aja baper”.

Lebih berbahaya jika pertanyaan kapan nikah dijawab dengan jawaban “maaf om tante saya ini masih jomblo” karena jawaban itu akan menjadi bola liar yang berujuang pada pembicaraan menjodoh-jodohkan dengan tetangga, teman atau kerabat yang kebetulan masih single juga.

Mohon maaf nih, saya bukannya merasa sok kecakepan atau gimana, tapi menjodoh-jodohkan membuat saya semakin merasa gagal sebagai laki-laki mencari pasangan sendiri sehingga harus membutuhkan campur tangan keluarga dalam penentuan jodoh.

Ayolah, saya pikir daripada membuat kami para jomblo ini merasa gagal sebagai laki-laki dalam mencari pasangan, mengapa kita ini tidak mengobrol saja. Membahas hal-hal yang dianggap penting, seperti sekolah keponakan, hobi sepupu, bagaimana merencanakan masa depan atau sepupu yang bertanya tentang sekolah. Keluarga yang dulu kuanggap menyebalkan dan suka marah-marah ternyata adalah sosok yang peduli dan rendah hati. 

Jangan merusak momentum berkumpul bersama keluarga dengan membuat keluargamu yang masih jomblo beranggapan bahwa lebaran adalah ajang pertemuan yang suasananya seperti neraka.

Terakhir, saya hanya ingin mengingatkan melalui naskah yang kubuat ini, agar kalian paham bahwa sebagian orang di dunia ini merasa tidak tahan dengan kesendirian bahkan setiap tahun jika kita membaca berita selalu saja ada remaja dan orang tua yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri karena tidak tahan dengan kesendirian dan tekanan pertanyaan pernikahan di sekeliling mereka.

Jadi, berhentilah bertanya kapan menikah, kenapa masih jomblo, kenapa putus, atau kenapa belum mencari pacar. Jangan buat mood kebahagiaan lebaran para jomblo dengan pertanyaan yang unfaedah seperti itu. Nikmati saja opor ayam dan ayam goreng kecap buatan Ibu itu jauh lebih menyenangkan daripada mengurusi hal yang privasi.

Penulis : Andika Putra
(Penulis muda Sinjai)

0 Komentar