Potret Dunia Pendidikan


OPINI, Sulselpos.id - Untuk mengawali Tulisan Ini akan sedikit di Ulas mengenai praktek pendidikan yang telah terjadi selama ini, pengulasan ini sebagai bentuk dari kritik atau evaluasi atas praktik pendidikan, apakah pendidikan ini telah jalan sebagaimana fungsinya, atau ada formula baru sebagai bentuk evaluasi praktik pendidikan di Indonesia.

Pertama bahwa, di kotomi pendidikan yang melahirkan dualisme sistem pendidikan, pendidikan di indonesia khususnya pendidikan islam sebagai warisan dari periode sebelumnya tidak lagi memiliki semangat akan tegaknya spiritual - Intelektual yang kokoh dan anggun, Inilah yang di anggap sebagai bentuk dari kerapuhan pendidikan Islam.

Dualisme sistem pendidikan itu tergambar dari hadirnya sistem pendidikan pesantren dan pendidikan sekuler sistem pendidikan pesantren dengan segala Variasinya dan Implikasinya, dan sistem sekuler dengan segala dampak dan akibatnya.

Dalam konteks persepsi keagamaan, di tambah barat terhadap dunia islam semakin memperlebar jarak antara keduanya dengan adanya dua sistem ini di anggap memberi persepsi yang berbeda satu dengan yang lain mengenai agama, Manusia dan kehidupan, bahkan posisinya di ametral yang tidak jarang menyumbang pada konflik konflik internal Ummat.

Walaupun ada upaya untuk mengintegrasikan sistem tersebut Namun hasilnya tidak seperti yang diharapkannya, menilai mungkin pendidikan islam yang mengambil metode dari barat dan islam sebagai isinya tampak hanya berhasil dalam wilayah tehknis.

Sedangakan secara konseptual - filosofis keadaan ini masih jauh dari yang di harapkan, akibatnya muncul pribadi pribadi yang pecah dalam masyarakat islam.

Rendahnya kualitas hasil pendidikan, strategi hasil pendidikan Sejak di canangkan setelah proklamasi tidak cukup berperan dengan baik dalam rangka meningkatkan kualitas manusia di indonesia baik dalam tingkat Regional ataupun tingkat global meminjam Laporan UNDP (United Nations Development Programe) misalnya masih memposisikan pendidikan di buritan. 

Posisi Human Development menempatkan posisi indonesia berada di tingkat 111 dari 175 Negara, jauh tertinggal dengan negara negara tetangga seperti singapura (25), Darusalam (33), Thailand (76) , padahal peran swasta dalam pendidikan Sudah Turut andil yang sejauh ini Sudah amat besar kontribusinya dalam memajukan dunia pendidikan secara Kualitas ikut berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Namun memang yang menjadi catatan sekolah swasta selalu berada di bawah negeri, kalaupun ada melebihi tentu hanya hitungan jari, padahal sistem pendidikan dan kurikulum telah menginduk kepada pemerintah, mengapa hal demikian bisa masih terjadi.

Tidak kurang sesungguhnya undang undang dan aturan yang menempatkan pentingnya posisi pendidikan pada bangsa ini, namun entah mengapa, dari waktu ke waktu, sejak Republik ini lahir baik pada periode saat politik jadi panglima maupun pada saat pembangunan ekonomi jadi panglima.

Nasib pendidikan pada bangsa ini selalu ada pada wilayah pinggiran, pendidikan terkadang tidak pernah menjadi prioritas utama sebagai pilar yang akan mengantarkan bangsa ini sejajar dengan bangsa bangsa lain.

Untuk menjawab persoalan di kotomi sistem pendidikan di atas Muncul wacana mengenai "The Unity of knowledge" (Kesatuan ilmu pengetahuan). 

Wacana ini bergulir seiring dengan Rencana pengabungan pendidikan menjadi satu atap di bawah kementrian pendidikan berbasis agama berada di kementrian agama dan pendidikan Umum di bawah kementrian pendidikan.

Tawaran yang di kehendanki atas penyatuan satu atap itu adalah misalnya madrasah hingga di tingkat Universitas islam cukup di tangani dalam satu di rektorat jenderal di bawah kementrian pendidikan.

Dengan konsep kesatuan ilmu pengetahuan ini di harapkan akan menghilangkan corak dualisme pendidikan dalam dunia islam, semua ini harus di rumuskan melalui pemikiran filosofis, yaitu dalam bingkai teori yang lebih komprehensif dan rasional dalam membentuk filsafat pendidikan islam.

Inilah sebuah upaya agar dualisme pendidikan akan hilang secara beransur ansur namun pasti.

Fastabiqul Khaerat

Penulis : Muh Aswar Akbar
(Pemuda Desa Aska, Kabupaten Sinjai)

Tuliasan Tanggung Jawab Penuh Penulis

0 Komentar