Stagflasi Hantui Global, Indonesia Perlu Waspada

                        Mardiana M

OPINI, Sulselpos.id - Saat ini, pelaku ekonomi mengkhawatirkan risiko stagflasi, atau tingkat inflasi  yang tinggi, untuk jangka waktu tertentu. 

Invasi yang dilancarkan Rusia sejak akhir Februari 2022 juga berdampak pada keamanan pasokan energi, serta menghambat produksi dan ekspor komoditas pangan serta pertanian. 

Di tengah ancaman kondisi stagflasi global, Indonesia dinilai dapat bertahan dan tidak akan menerima risiko efek yang terlalu besar. Melihat dua indikator utama stagflasi, inflasi yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang stagnan, kondisi Indonesia tidak mengkhawatirkan. 

Inflasi meningkat, tetapi sejauh ini, seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi tetap terkendali. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatat pertumbuhan 5,01% (year-on-year) pada triwulan I 2022, tren yang melambat namun stabil. Pertumbuhan ini sejalan dengan kuatnya konsumsi dan investasi di Tanah Air (Edy Priyono, 2022).

Lalu apasih stagflasi itu? Stagnasi adalah keadaan ekonomi yang ditandai dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya  pengangguran, dan umumnya terjadi inflasi. 

Dengan dimulainya kembali ekonomi dunia, pertumbuhan ekonomi utama dunia semakin cepat. Kondisi ini menyebabkan harga yang lebih tinggi untuk segala sesuatu mulai dari satu galon bensin hingga satu jam kerja, dan dalam beberapa kasus pemulihan yang lambat. 

Kemudian, inflasi bisa memaksa bank sentral untuk menaikkan suku bunga,  lebih lanjut menunda pertumbuhan PDB.
Kemudian ketika muncul pertanyaan mengapa stagflasi itu bisa terjadi? 

Pertama, Stagflasi dapat terjadi karena guncangan penawaran agregat (Ahmad Nasruddin, 2022). Misalnya, guncangan harga minyak dimana kenaikan harga  berdampak langsung pada konsumen minyak, terutama konsumen rumah tangga dan industri di industri pengolahan makanan skala kecil dan menengah. 

Produsen mungkin dapat saja meneruskan kenaikan biaya ke harga jual. Namun, tidak hanya output yang akan jatuh, tingkat inflasi juga akan naik. Biaya produksi perseroan melambung tinggi akibat melonjaknya harga minyak. 

Biaya yang lebih tinggi memaksa produsen untuk merasionalisasi operasional mereka dengan memotong produksi dan merumahkan beberapa pekerja, pehingga angka pengangguran melonjak. Nah hal ini juga yang mempengaruhi daya beli masyarakat. 

Jika banyak masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan, maka daya beli menjadi renda, karena tidak ada pemasukan.

Kedua, Meningkatnya jumlah uang beredar dan inflasi di suatu negara (Nur Jamal Said, 2022). Seperti yang kita tahu, ketika pemerintah mencetak mata uang (yang akan meningkatkan jumlah uang beredar dan menciptakan inflasi), sambil menaikkan pajak (yang akan memperlambat pertumbuhan ekonomi) kondisi itu akan mengakibatkan stagflasi.

Ketiga, salah urus kebijakan ekonomi. Kebijakan yang meningkatkan jumlah dana surplus yang beredar untuk mendorong stagnasi ekonomi dapat menyebabkan spiral harga upah dan peningkatan inflasi.

Ketika stagflasi terjadi, ada konsensus di antara para ekonom bahwa produktivitas harus cukup tinggi untuk mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi tanpa menyebabkan inflasi tambahan. (Menkeu, 2022). Ini akan memungkinkan pengetatan kebijakan moneter untuk mengendalikan komponen inflasi stagflasi. 

Untuk mewaspadai hal tersebut. Oleh karena itu, kebijakan moneter dan fiskal perlu diselaraskan untuk memperkuat ikatan antara sektor keuangan dan riil. Pemerintah perlu memperdalam pasar keuangan, agar meminimalisir arus modal keluar. 

Semua kebijakan moneter tersebut harus mengikuti prinsip kehati-hatian. Menurut saya pemerintah terus mendorong pertumbuhan ekonomi dengan pembukaan sektor-sektor ekonomi yang bisa menstimulus tumbuhnya perekonomian. 

Pemerintah juga konsisten menjaga daya beli masyarakat dengan menyalurkan berbagai skema bantuan sosial, namun tentu harus tepat sasaran. 

Selanjutnya, pemerintah perlu melakukan langkah-langkah dari sisi suplai, misalnya melalui langkah-langkah yang dapat menurukan biaya produksi perusahaan yaitu dengan mengurangi pajak atas barang mentah/menetapkan harga barang mentah dan menggalakkan perkembangan teknologi. 

Menurut saya kita semua tau bahwa kondisi negara sangat sulit untuk ditebak, namun kita bisa mencegahnya. Salah satu caranya yaitu memiliki cadangan keuangan yang cukup dan pemerintah juga mesti menjaga agar stagflasi tidak menyebar di Indonesia.

Masyarakat di himbau agar tidak royal dan berfoya-foya. Sebaliknya, masyarakat lebih baik menabung dan hemat (Joko Widodo, 2022). Menurut saya seharusnya kita lebih meningkatkan investasi dibandingkan menabung. 

Karena cara pandang investasi yang dibiasakan dalam masyarakat atau khususnya diri kita, secara sederhana dapat disebut dengan investment society. Dimana investasi dibanding menabung sebenarnya untuk membiasakan agar terbentuknya mindset seorang investor. 

Mindset ini dianggap mampu memahami konsep yang disebut dengan time value of money atau adanya inflasi yang akan menggerus nilai uang sehingga uang lebih bernilai saat ini daripada jumlah uang yang sama pada masa depan. 

Jika kita memilih untuk berinvestasi daripada menabung, kita memiliki kesempatan untuk keluar dari situasi ekonomi yang bergejolak.

Dalam konteks negara, investasi ini akan mendorong masyarakat agar membentuk iklim modal usaha yang positif dan menggerakkan ekonomi domestik. Perusahaan yang ingin mengembangkan usahanya untuk memanfaatkan pendanaan yang lebih besar dan lebih luas juga harus memiliki kondisi sosial yang  terbuka untuk investasi. 

Pertumbuhan ekonomi akan meningkat seiring dengan perubahan masyarakat dari masyarakat tabungan menjadi masyarakat investasi. Pada titik ini, kebijakan sosial tabungan yang diawali dengan gerakan menabung mendapat tantangan dari komunitas investasi. 

Diyakini bahwa budaya ekonomi mereka yang berinvestasi adalah pilihan  yang bijak dan dapat menembus badai stagflasi yang mengancam negara kita. 

Seperti kapal yang  menghadapi badai di laut, pemerintah  sebagai kapten memiliki ruang yang cukup untuk mengarahkan dengan cepat dan tetap aman untuk mencegah kapal tenggelam dan untuk menjaga semua penumpang tetap aman.


Penulis : Mardiana M
(Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah IAIM Sinjai)

0 Komentar