Marimpa Salo Sebagai Budaya Tradisional Kabupaten Sinjai


OPINI, Sulselpos.id - Sinjai adalah sebuah Kabupaten yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan. Nama Sinjai berasal dari kata Sijai’ (Bahasa Bugis) artinya sama jahitannya. 

Hal ini diperjelas dengan adanya gagasan dari lamassiajeng Raja Lamatti X untuk memperkokoh bersatunya antara kerajaan Bulo-Bulo dan Lamatti dengan ungkapannya "pasija singkerunna lamati bulo-bulo" artinya satukan keyakinan Lamatti dengan Bulo- Bulo, sehingga setelah meninggal dunia beliau digelar dengan puanta Matinroe Risijaina. 

Kabupaten Sinjai ini berada pada posisi strategis dari ekonomi karena dapat dicapai melalui tiga jalur transportasi darat, jalur selatan melalui Kabupaten Bulukumba, jalur utara melalui Bone dan jalur barat melalui Gowa. 

Adanya “pelabuhan pendaratan ikan” membuat arus barang dan jasa mengalir deras melalui laut dari Sinjai ke daerah atau Provinsi lain.

Keindahan dan kekayaan alam yang dimiliki kawasan ini biasa disebut tiga dimensi karena meliputi bentang alam pegunungan, alam pantai dan pulau-pulau. Segitiga emas ini menjanjikan harapan masa depan kemajuan yang dimiliki Sinjai. 

Sinjai memiliki banyak tempat wisata seperti peninggalan purbakala, peninggalan masa kolonial, dan keindahan tempat-tempat wisata yang tercipta secara alami lainnya. Kontinuitas tetap terjaga karena kecintaan setiap masyarakat Sinjai. 

Kealamiannya masih terlihat seperti Air Terjun Kembar di Sinjai Borong, Wae Pella di Sinjai Tengah dijadikan tempat wisata, bukit Gojeng yang terletak di Sinjai Utara. Peninggalan masa penjajahan, juga mempengaruhi keindahan kawasan wisata Farmasi yang berdiri di pusat kota Benteng Balangnipa. 

Kita tidak melupakan bendabenda purbakala yang bisa ditemukan di Bulupoddo. Kekayaan budaya Sinjai juga menjadi kebanggaan Indonesia.

Orang Sinjai membanggakan kondisi geografis yang dimiliki. Adanya keadaan geografis yang diberikan Tuhan untuk disyukuri. jika dilihat dari segi pemandangan alam, unsur-unsur yang mendukungnya dan potensi yang terkandung di dalamnya. 

Potensi Sinjai dapat dikembangkan oleh pemerintah dan masyarakat. Kesadaran harus meningkat akan pentingnya bumi kita. Posisi Sinjai memiliki strategi yang baik dari beberapa potensi, seperti potensi kawasan wisata, wisata budaya, dan kuliner. 

Posisi Kabupaten Sinjai terletak di Sulawesi Selatan dengan Sinjai sebagai ibukotanya. Kabupaten Sinjai memiliki luas wilayah 819,96 km2 (81.996 ha) dengan posisi 50o 19 '30”- 50o 36' 47” Lintang Selatan dan antara 119o 48'30”-120o 10'00” Bujur Timur, serta memiliki dataran rendah dan dataran. 

Kabupaten Bone berbatasan dengan Sinjai di sebelah Utara. Di sebelah timur terdapat Teluk Bone, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Gowa. Jarak tempuh dari tiga kabupaten sekitar tiga dan empat jam. 

Kebudayaan merupakan identitas suatu daerah. Setiap tempat memiliki dialek, seni, kebiasaan dan tradisi yang berbeda. Tidak sama dengan lokasi lain. Faktor perbedaan seperti iklim dan tempat (dataran tinggi, dataran rendah, daerah pesisir, dan pegunungan). 

Dalam masyarakat, manusia dan budaya tidak dapat dipisahkan. Keduanya memiliki hubungan dan biasa disebut dwitunggal. Tidak ada budaya yang tidak dapat tumbuh dari masyarakat, sebaliknya tidak ada masyarakat tanpa budaya.

Salah satu budaya yang masih berkembang di Sinjai adalah budaya Ma’rimpa Salo. Ma'rimpa Salo merupakan bentuk penangkapan ikan di sungai yang dilakukan secara turun-temurun dengan cara menghadang ikan dari hulu sungai ke muara yang disertai dengan berbagai perahu dengan hentakan hentakan. 

Kendang dan bunyi-bunyian lain yang terbuat dari batang bambu. Kegiatan ini dilakukan gotong royong sebagai ungkapan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberhasilan Ruma Lao (panen padi) dan keberhasilan Ma'ppaenre Bale (ikan panen) setiap tahun.

Dalam proses tradisi, beberapa komponen yang saling terkait ikut mengsukseskan kegiatan tersebut. Pelaksanaan pesta Ma'rimpa Salo dilakukan oleh seluruh masyarakat dari semua kalangan di Kabupaten Sinjai. 

Mereka biasanya memutuskan siapa yang ingin diundang melalui pertemuan. Contoh orang-orang yang biasanya turut diundang dalam tradisi ini yaitu : 

1. Arung adalah pengambil keputusan tertinggi dan pelaksanaan tradisi dan orang-orang yang diberi tugas kepada masyarakatnya dan mengawasi pelaksanaan kegiatan tersebut.

2. Gella (Kepala Desa) dan To Matoa (Pemuka Masyarakat) adalah pengatur dan pelaksana di lingkungan partai di bawah pengawasan Arungas serta penanggung jawab 

3. Kampung Lolo mengatur, merencanakan, mempersiapkan segala sesuatunya untuk pelaksanaan pesta dan orang-orang yang bertanggung jawab atas keberhasilan pesta ini.

4. Pabelle bertugas menyiapkan perlengkapan pesta di laut. 

5. Ponggawa lopi adalah pemimpin, juga asisten kru. 

6. Sanro atau dukun (pemimpin adat) ikut serta mendamaikan ritual dalam proses ma'rimpa salo. 

7. Paggenrang adalah komponen penabuh di atas perahu. 

8. Paddareheng atau padawa-dawa sebagai persiapan konsumsi. 

9. Pemerintah dan masyarakat.
Kebiasaan Ma'rimpa Salo secara turun temurun dipegang oleh penduduk setempat dan tidak pernah hilang atau tidak dilaksanakan selama 40 tahun. 

Ketika kelompok Darul Islam pimpinan Kahar Muzakkar merajalela di Sulawesi Selatan. Para separatis itu melarang segala kegiatan yang dianggap sesat, pelaksanaan Ma'rimpa Salo juga termasuk. 

Selama vakum hampir tidak ada mantra atau doa yang biasa dipelajari oleh sanro sebelumnya. Kegiatan ini sebagai ungkapan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberhasilan Lao Ruma (panen padi) serta keberhasilan Mappaenre Bale (panen ikan) setiap tahunnya. 

Dalam pelaksanaan Ma’rimpa salo ini ada beberapa proses yang dilakukan yaitu yang pertama dalam pelaksanaan Ma'rimpa Salo, warga desa Sanjai mengadakan musyawarah atau dalam bahasa Bugis Ma'tanra Esso sebagai hal pertama yang harus dilakukan. 

Mereka membahas segala hal yang berkaitan dengan acara Ma'rimpa Salo dan tugas masing-masing. Hasil musyawarah yaitu, sebagai berikut : 

1. Diumumkan kepada masyarakat umum tentang rencana pelaksanaan Salo Ma'rimpa akan sampai pada masa pelaksanaan. 

2. Rapat resmi seluruh komponen pelaksana/pelaku bersama tokoh masyarakat untuk menetapkan hari pesta rakyat Ma'rimpa Salo. 

3. Rencana pembahasan pesta Ma'rimpa Salo. 

Kedua biasanya mereka akan mengadakan pasar malam, Pasar malam dilakukan tiga hari sebelum penyelenggaraanMa'rimpa Salo. 

Banyak jenis pernak-pernik dan makanan yang dijual. Selain itu ada juga hiburan lainnya seperti pertunjukan musik daerah yang diiringi oleh genrang (drum), gong, seruling dan lain-lain. 

Ketiga mereka melakukan kegiatan Ma'pepe - pepe' atau membawa obor keliling kampung yang dilakukan kalangan anak-anak dan remaja. Kegiatan ini penting sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan kepada anak-anak yang mendambakan cahaya di desa yang sepi di malam hari. 

Itu menjadi cerita lisan dari mulut ke mulut yang dikatakan di desa ini sebagai satu-satunya alat penerangan dan menggunakan obor atau lampu yang terbuat dari kemiri tanpa menggunakan minyak tanah. 

Mereka menyebutnya sulo pesse'.
Selanjutnya mereka akan melakukan angkat Hompong, Hompong merupakan alat penangkap ikan yang ditempatkan di dasar sungai. Hompong terbuat dari Perring (bambu) dan Kaluku (daun lontar) yang diraung. 

Mereka meletakkannya pada malam hari agar hasil yang didapat lebih banyak pada saat panen dan mereka akan masuk pada acara inti, dan di acara inti ini masih banyak lagi ritual-ritual atau kegiatan yang akan mereka lakukan. 

Seperti Mangngolli Sumange (memanggil arwah nenek moyang), berdoa bersama sandro (dukun), menampilkan pertunjukan untuk menghibur tamu undangan hiburannya seperti Ma’pelo, (adu panco), Menca baruga (pencat silat), Gendang tellue, Ma’sempe, Maggiri oleh bissu lolo dan masih banyak lagi. 

Lalu mereka akan melakukan kegiatan Maddareheng (Memasak) setelah maddareheng mereka akan Ma’panre sihanuan atau memberi makan, makanan yang sudah di Dareheng atau dimasak oleh ibu-ibu dihidangkan untuk disantap bersama.

Penulis : Armansyah
(Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIM Sinjai)

Tulisan Tanggung Jawab Penuh Penulis

0 Komentar