Kekerasan Verbal Terhadap Perempuan

Arwini Musdalifah 
(Peserta Sekolah Keperempuanan HPMT UINAM)
OPINI, Sulselpos.id - Berbeda dengan kekerasan fisik, kekerasan verbal ini merupakan kekerasan yang langsung menyakiti perasaan seseorang yang di ucapkan melalui lisan, contohnya seperti menyampaikan kata-kata yang dengan menjudge, menyalahi, menghina, meremehkan, meninggikan suara dan bersifat seperti menentang, memerintah, mengancam dan lain-lain. 

Menurut Nindya dan Margaretha (2012 : 2) kekerasan verbal atau biasa disebut dengan kekerasan emosional ini merupakan suatu sikap dan juga perilaku yang dapat melibatkan perasaan yang tidak menyenangkan dan membahayakan bagi diri seseorang. Kekerasan verbal ini juga merupakan salah satu kekerasan yang selalu di temui didalam hubungan berpacaran, pertemanan, lingkungan umum, bahkan didalam keluargapun.

Meskipun kekerasan verbal ini tidak sampai mengenai fisik, tetapi dampak yang didapatkan sangatlah berbahaya bagi para korban yang mengalami, sampai saat ini kebanyakan perempuanlah yang menjadi korban kekerasan verbal, seperti halnya di dalam hubungan berpacaran dimana perempuanlah selalu menerima perkataan-perkataan buruk dari laki-laki, begitupun di lingkungan umum dimana perempuan masih selalu mendapatkan perlakuan-perlakuan yang kurang menyenangkan oleh sekumpulan laki-laki, seperti cat calling yang dimana para pelaku menyerang dengan siulan, suara kecupan dan gestur main mata.

Sadar nggak sih bahwa pelecehan seperti cat calling ini termasuk pelecehan seksual dalam konteks kekerasan verbal,dimana para korban akan merasa terganggu dan tidak nyaman oleh sekitarnya. Bakan di media socialpun kekerasan verbal sering terjadi, menurut survei yang dilakukan Amnesty International yang dilansir dari Geek pada tahun 2018, sejumlah 1,1 juta cuitan di Twitter bernada pelecehan atau cuitan bermasalah ditujukan kepada perempuan.

Kekerasan verbal inipun kerap melebar menjadi pelecehan seksual dimana saat perempuan bercerita tentang apa yang ia alami karena dilecehkan oleh seorang pria dan pendapatnya itu tidak di sepakati oleh pihak lain, maka ia akan di sudutkan menampilkan citra diri yang kurang santun baik dalam berpakaian.

Kekerasan verbal biasa dilakukan dengan meninggikan suara dengan caci maki serta kata-kata hinaan yang dapat melukai perasaan seseorang dan perlu diketahui bahwasannya kekerasan verbal tak selamanya dilakukan dengan kasar ada juga yang mengalami tanpa langsung mengenalinya, selalu menerimanya tanpa sadar. Selain dengan kata-kata kasar, pelaku juga sering kali mencampurnya dengan gaslighting. Dimana Gaslighting ini bisa diartikan sebagai tindakan memanipulasi korban dengan maksud mempertanyakan kewarasan seseorang dan kadang korban tidak menyadari hal itu. 

Kekerasan verbal ini dapat memengaruhi mental seseorang dimana mental ini dapat membuat seseorang depresi, hal inilah yang berpengaruh pada Kesehatan fisik seseorang dan efek negative yang muncul bisa bermacam-macam, mulai dari masalah pencernaan hingga penyakit jantung dan juga bisa sampai membuat korban ingin bunuh diri.

Normalisasi kekerasan verbal, baik dalam rumah tangga maupun dalam dunia maya sangatlah membahayakan. Selain kontra produktif, efek kekerasan verbal bisa mematikan. Daya tahan seseorang sangatlah berbeda-beda, ada yang bisa menerima sanjungan yang langsung tersakiti hingga depresi dan merasa dirinya tidak berarti.

Dalam menghadapi kekerasan verbal di dunia maya, salah satu cara yang paling efektif adalah dengan menjauhi sumber kekerasan verbal, pergi dan jernihkan fikiran. Jangan mau tinggal didalam situasi dimana hati kalian selalu di serang, perasaan kalian tak dijaga, berhati-hatilah dengan semua orang yang ada diluar. Satu hal yang penting, janganlah kita menjadi bagian dari mereka, belajarlah mengekspresikan pendapat dengan baik dan sehat tanpa melukai orang-orang dengan kata-kata.

Penulis : Arwini Musdalifah 
(Peserta Sekolah Keperempuanan HPMT UINAM)

0 Komentar