OPINI : Pelajar Berkemajuan Perlu Strategi Dakwah Berkemajuan


OPINI, Sulselpos.id - Mengutip quotes dari kakanda Nabhan Mudrik Alyaum selaku narasumber  webinar media (28 des. 2020) dan CEO Milenialis.id “Muhammadiyah di bidang digital sedang dalam keadaan gawat darurat, karena tertinggal jauh dari media sosial”.

 Pengguna media sosial di Indonesia terus berkembang dari tahun ke tahun mengacu pada Hootsuite dan WeAreSocial tentang jumlah penetrasi pengguna internet dan media sosial di Indonesia, bahwa per Januari 2020 diperoleh data bahwa dari 272,1 juta penduduk Indonesia terdapat 175,4 pengguna internet dan 160 juta pengguna media sosial aktif, data tersebut meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, ditambah dengan hasil penelitian Cambridg International melalui Global Education Census 2018 menunjukan bahwa siswa Indonesia sangat akrab dengan tekhnologi, bukan hanya dalam berinteraksi di media sosial tapi juga untuk kebutuhan pembelajaran, hasil penelitian itu bahkan menyebut pelajar yang ada di Indonesia menduduki peringkat tertinggi secara global selaku pengguna ruang IT/computer di sekolah (40 persen).

 Lebih Dari dua pertiganya (67 persen) pelajar di Indonesia menggunakan smartphone pada saat dalam kelas dan 81 persen untuk mengerjakan pekerjaan rumah, belum lagi di awal tahun 2020 lalu pelajar yang setiap harinya menimba ilmu ilmu secara langsung atau tatap muka di haruskan belajar secara daring/online dikarenakan pandemi covid-19,  fakta tersebut memiliki dampak besar pada pola hidup pelajar yang ada di Indonesia.
Dari kondisi dan data di atas, setidaknya ada beberapa dampak yang bisa kita simpulkan antara lain : Pertama, pelajar lebih nyaman belajar dengan menggunakan internet dibandingkan dengan menimba ilmu langsung dari guru atau langsung dari pakarnya, juga dalam hal mencari sumber untuk sebuah tugas  semua dilakukan melalui gawai dan menggunakan koneksi internet; Kedua, media sosial menjadi ajang ekspresi pelajar, pelajar saat ini lebih banyak mengekspresikan sesuatu di media sosial, baik dalam hal curahan hati, berkeluh kesah, amarah maupun hasil karya yang menarik untuk di lihat dan ditonton khalayak ramai; Ketiga, Akibat dari adanya media sosial yaitu kurangnya interaksi sosial pelajar, berkurangnya interaksi sosial pelajar karena pelajar lebih banyak fokus pada smartphonenya bahkan dalam waktu 24 jam ada pelajar yang sama sekali tidak berinteraksi langsung secara tatap muka dengan manusia yang lain. 

Ikatan pelajar muhammadiyah (IPM) merupakan salah satu organisasi  kepemudaan di indonesia, ipm juga merupakan bagian dari Muhammadiyah yaitu ortom muhammadiyah yang menjadikan pelajar sebagai basisnya.
Digitalisasi dan pelajar berkemajuan
Ikatan Pelajar Muhammadiyah harus merespon kondisi dan keadaan pelajar masa kini, mengapa harus cepat di respon? Karena, Anggaran dasar ikatan pelajar muhammadiyah pasal 10 poin 2 dan 3 menyebutkan, Anggota Ikatan Pelajar Muhammadiyah merupakan pelajar muslim yang berusia Dari dua belas tahun hingga dua puluh empat tahun . Anggota ipm saat ini yang berusia demikian diisi oleh generasi milenial dan didominasi oleh generasi Z menurut data di atas pengguna internet terbanyak.

2012 merupakan tahun yang bersejarah bagi kader ikatan pelajar muhammadiyah dimana  Gerakan Pelajar Berkemajuan untuk pertama kalinya digaungkan, muncul pada Tanfidz Muktamar 2012 di Palembang, Gerakan pelajar Berkemajuan atau Disingkat GPB Merupakan Fakta dinamisasi dari pemikiran Kader Ikatan pelajar Muhammadiyah, Manifestasi gerakan ilmu adalah orientasi dari gerakan pelajar berkemajuan sehingga memunculkan sebuah paradigma Bahwa perlu adanya pemahaman, penafsiran dan penjelasan mengenai kenyataan dan atau masalah yang di hadapi kader ikatan pelajar muhammadiyah.

 Kemunculan GPB merupakan upaya cerdas dan adaptif yang di lakukan oleh Tubuh IPM di era globalisasi di tandai dengan perubahan yang terjadi dengan begitu cepat dimana ikatan pelajar muhammadiyah harus mengubah paradigma gerakan IPM yang sesuai dengan tuntutan zaman. Relevansi Gerakan Pelajar Berkemajuan (GBP) begitu sejalan dengan cita-cita IPM. Namun apakah pemikiran yang dinamis tersebut sejalan dengan strategi dakwah untuk menjalankan manifestasi dari gerakan tersebut, Jika pelajar Kebanyakan berinteraksi dengan gawainya setiap hari dibandingkan dengan berinteraksi secara langsung maka IPM harus merespon hal tersebut.

IPM secara konsep sebenarnya sudah tuntas sebagai pelajar yang maju. Tinggal kemudian eksekusi dari manifestasi gerakan tersebut perlu digalakkan mulai dari pusat hingga ke ranting – ranting Ikatan Pelajar Muhamadiyah. Strategi dakwah yang menggembirakan, pemanfaatan teknologi dan digitalisasi memang sudah tidak asing lagi di tubuh ikatan pelajar muhammadiyah (IPM) bahkan  dikemas dengan sebutan dakwah virtual, namun lagi – lagi memunculkan sebuah tanda Tanya apakah kemudian para elit IPM sudah mengetahui cara berdakwah yang demikian? 

Berangkat dari hal tersebut izinkan penulis mengkaji sebuah agenda aksi PDPM ( pelatihan da’I Pelajar Muhammadiyah ) yang hari ini seharusnya menjadi haluan gerakan Dalam mempersiapkan sumber daya yang akan menyusun strategi dakwah pelajar muhammadiyah. Namun faktanya PDPM ( Pelatihan da’i Pelajar muhammadiyah ) Belum di jadikan sebagai agenda yang wajib atau seharusnya ada di tiap - tiap pimpinan IPM Mulai dari Pusat sampai akar rumput IPM itu sendiri.

Sejatinya, inilah yang menjadi kajian mendalam dari unsur pimpinan yang menjadikan PDPM (Pelatihan Da’I Pelajar Muhammadiyah ) sebagai agenda aksi peningkatan etos da’i – da’i. Rencana tindak lanjut perlu ditentukan berdasarkan tolak ukur pimpinan terhadap kinerja da’i muhammadiyah. Selain itu, menghadirkan sarana dan menentukan waktu pasca agenda aksi seharusnya perlu menjadi tanggung jawab pimpinan Ikatan Pelajar Muhammadiyah.

Pelajar Muhammadiyah dengan transformasi pemikirannya berlandaskan Gerakan Pelajar Berkamajuan, mencoba menghadirkan solusi pada manifestasi gerakannya. Solusi berbeda dari yang lainnya dan menunjang etos da’I – da’I pelajar muhammadiyah di hadirkan dalam setiap agenda aksi pimpinan ikatan pelajar muhammadiyah maka muncullah kemudian da’i virtual pelajar muhammadiyah sebagai pelaku dari dakwa media sosial (Virtual).

Prinsip dakwah virtual, dengan harapan membumikan budaya dakwah melalui media sosial menjadi sebuah keharusan bagi kader ikatan pelajar muhammadiyah itu sendiri dengan kemampuan memanfaatkan teknologi hingga menghasilkan sebuah karya yang menarik perhatian orang-orang yang melihatnya khususnya dikalangan pelajar. Tentunya dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai dalam mencerahkan media sosial dengan dukungan literasi serta pelatihan yang cukup besar. “pendakwa, terlahir dari pelajar terdidik yang tercerahkan dan mencerahkan”!!!.
Penawaran gagasan selanjutnya dibutuhkan dalam pengembangan dakwah virtual di kalangan Pelajar.

 Hal ini dapat dimulai dengan observasi dan menentukan langkah kerja pengembangan da’I da’I pelajar muhammadiyah sehingga suatu saat IPM memiliki panduan khusus pengembangan dakwah virtual yang berisi tuntunan observasi, teknis agenda aksi, dan rencana pasca agenda aksi.

 Hasilnya, budaya dakwah virtual menjadi ruh dalam pergerakan IPM kedepannya. Sehingga gerakan pencerahan lewat budaya dakwah virtual senantiasa digaungkan sebagai anak panah yang melasat pada cita-cita Ikatan Pelajar Muhammadiyah sebagai ujung tombak kader ummat dan persyarikatan.

Penulis : Ilham Sandewa 
(PD IPM TANA TORAJA)

*Tulisan tanggung jawab penuh penulis*

0 Komentar