Sambutan Umiroh Fauziah, Ketua Kohati PB HMI |
Ketua Umum Kohati PB HMI, Umiroh Fauziah dalam sambutannya mengatakan bahwa bayi itu bernama Kohati. Lahir 57 tahun yang lalu atas dasar kebutuhan HMI menjawab persoalan keperempuanan. Kohati menjadi wadah bagi HMI-Wati dalam menggali potensi.
“Bila dibandingkan dengan suasana saat ini, maka pembinaan dan perkaderan Kohati dan HMI masa itu telah lebih 60 persen perempuan telah berpendidikan,” katanya.
Menurutnya, agar mengimplementasikan tantangan dari hadist “perempuan sebagai tiang negara”, angkatan demi angkatan Kohati sampai usianya sekarang, telah berhasil mewarnai masyarakat, merubah suasana jauh berbeda dari suasana ketika Kohati berdiri atau lahir.
Tujuan dari Kohati adalah untuk meningkatkan peran-peran HMI-Wati. “Sejak berdirinya HMI, HMI-Wati turut berperan aktif di banyak kegiatan, tapi ini belum cukup dan masih perlu peningkatan. Masih banyak cabang-cabang menceritakan, atau dalam forum-forum training-training atau forum-forum lainnya masih kurang muncul dan menghadapi faktor penghalang, antara lain faktor patriarki yang sudah mengakar dalam masyarakat kita,” ujarnya.
Hal ini, kata perempuan yang kini menjadi Kandidat Ketum PB HMI itu mengatakan, merupakan dasar mengapa peranan HMI-Wati dan HMI-wan dalam struktur organisasi HMI masih belum seimbang, sehingga seolah-olah HMI-wan yang berperan atau HMI-Wati tidak punya kemampuan cukup untuk disejajarkan dengan HMI-wan, akibatnya hanya satu, dua orang HMI-Wati yang acceptable dalam forum-forum HMI.
“Bagaimana upaya dalam meningkatkan peranan itu, cara yang paling tepat adalah dengan meningkatkan kualitas HMI-Wati sehingga dia bisa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan HMI-wan dalam suasana bidang kegiatan,” kata dara kelahiran Kota Banjar itu.
Bila perlu, kata dia, bahkan mempunyai nilai kompetitif demi untuk keberhasilan HMI. Jadi, disepakatilah bahwa fungsi utama dari Kohati ini adalah untuk meningkatkan kualitas HMI-Wati.
“Saat ini Kohati sudah mempunyai 267 cabang, 223 cabang penuh, 44 persiapan, yang menjadi bukti bahwa Kohati terus tumbuh dan memberikan bakti terbaik bagi bangsa dan negara,” ungkapnya.
“Tema Munas Kohati XXV kali ini ‘Reformulasi Gerakan Kohati Menuju Indonesia Emas 2045’,” imbuhnya.
Perempuan yang kerap disapa Umay itu mengatakan, reformasi adalah wujud bagaimana perbaikan sistem, reformasi adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan, reformasi adalah bisa dilakukan apabila ada penyimpangan yang terjadi di Kohati, reformasi adalah bisa dilakukan bila ada harapan cita-cita positif yang ingin dicapai di masa depan, reformasi adalah bisa dilakukan dengan adanya moral dan etika dalam mencapai tujuan.
“Reformasi gerakan Kohati menuju Indonesia Emas 2045 adalah sebuah keniscayaan jika saat ini sistem perkaderan Kohati tidak lagi relevan dengan perkembangan zaman, sistem gerakan Kohati telah melenceng dari tujuan awal berdirinya Kohati, dan jika Kohati melanggar moral dan etika dalam berorganisasi, serta jika Kohati dalam hal ini memiliki tujuan besar untuk terbinanya muslimah berkualitas insan cita yang semakin hari semakin kompleks dengan tantangan dan perubahan zaman,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Umay mengutarakan bahwa Indonesia Emas 2045 adalah suatu upaya dalam membangun generasi emas yang dimana adalah konsep penerapan untuk menyiapkan sebuah generasi bangsa Indonesia pada 100 tahun emas Indonesia dari 1945 sampai 2045.
Dalam perjalanan pembangunan Indonesia Emas 2045, disitulah peran penting dari perempuan sebagai tiang negara yang akan menopang kokoh berdirinya sebuah bangsa dan negara.
“Waktu terus berlalu, perubahan terus berjalan, pijakan dari nilai-nilai luhur organisasi harus menjadi pondasi kokoh yang tidak akan pernah rapuh tak lekang oleh waktu, semoga Kohati semakin jaya dapat melahirkan perempuan-perempuan hebat sebagai elemen fundamental pembentuk kepribadian bangsa,” tandasnya.
Hsn/Par
0 Komentar