Islam dan Ummatnya bagi Masa Depan Indonesia


OPINI, Sulselpos.id - Jika repesentasi umat islam di Indonesia adalah Muhammadiyah dan NU maka tentu tergambarkan wajah islam yang toleran, ramah, santun dan bahkan islam yang pluralis. 

Tentunya kedua organisasi besar islam ini telah melalaui serempetan sejarah yang menjadi akar-akar yang kuat dalam keberagaman islam di indonesia. 

Keberagaman semacam itu adalah keberagaman yang mencerahkan dan humanistic yang melahirkan komitmen dan upaya pengembangan yang tajdid secara kultural dan structural.

Dilain sisi, keadaan kondisi politik nasional dan internasional menjadi pemicu muncul dan berkembangnya fundamentalisme baik dalam bentuk radikalisme, atau apa pun itu kita menyebutnya penyebab dari aspek social yang tidak kondusif itu kemudian menghadirkan negara yang represif misalnya, atau mengakibatkan tatanan politik internasional yang tidak adil yang membuat gerakan-gerakan fundamentalisme akan semakin eksis dalam kehidupan. 

Apakah kemudian itu merusak keberagaman kita?

Terkait dengan hal tersebut demokrasi substansial perlu pengembangan lebih dari tingkat local sampai pada elit global. 

Sehingga diharapakan akan ada kebijakan kolegtif yang juga berisikan penghoramatan kepada hak asasi manusia. 

Disisi lain politik luar negeri dunia harus pula mengembangkan kebijakan yang mencerminkan nilai-nilai tersebut sehinggah keadilan dan kesederajatan benar-benar akan hadir dalam kehidupan masyarakat dunia.

Tentunya, civil society adalah keniscayaan yang harus dilakukan karena tanpa masyarakat yang mandiri dan berkeadaban negara demokratis akan sulit berkembang. 

Justru fenomena yang kita saksikan sekarang adalah tumbuhnya negara dengan perangkatnya yang saling berebut kekuasaan dan berorientasi pada persoalan seputar merai, mempertahankan dan melestarikan kekuasaanya dengan beralasan demokrasi ataupun tidak.

Sehingga pada akhirnya muslim idonesia haruslah menjadi contoh masyarakat yang madani yang berarti masyarakat yang memiliki sopan santun, beradab dan teratur yang terbentuk dalam negara yang baik atau lebih ditekankan dengan istilah civil society. 

Pada gilirannya nanti harusnya civil society yang kuat diharapkan dapat membebaskan masyarakat dari keterbelakangan yang melilitnya. 

Baik itu keterbelakangan pendidika atau bahkan ekonomi Sebagai realitas yang dalami oleh sebagiab besar masyarakat muslim Indonesia yang berada diakar rumput keterbelakangan pendidikan dan ekonomi adalah permasalahan klasik yang menyebabkan mereka dengan mudah dijadikan objek kepentingan kelompok tertentu dan tentunya rentang akan dijadikannya mereka sebagai objek kepentingan politik.

Menyikapi hal seperti demikian, Muhammadiyah dan NU sebagai organisasi social keagamaan terbesar dan tertua di Indonesia yang sejatinya mereka berdua ini adalah embrio civil society di Indonesia perlu menjadi event garde dalam pengembangan masyarakat. 

Pengamatan penulis terhadap politik praktis yang selalu membayangi Lembaga social keagamaan tersebut perlu diarahkan menjadi pengembangna politik transformatif yang dapat mencerahkan masyarakat dan bangsa secara keseluruhan. 

Dan pada aksinya tentu kita menyaksikan kedua pilar penyangga ummat islam di Indonesia ini dituntut untuk lebih intens, kreatif dan sistematis melakukan penguatan ekonomi dan Pendidikan sampai pada masyarakat akar rumput Indonesia. 

Dan tentunyapun perlu kita akui bahwa keberhasilan dalam menciptakan kondisi yang kondusif itu merupakan keberhasilan ummat islam pluralis dalam merajut masa depan cerah, sejahtera dan tentunya dalam kedamaian. 

Namun jika sampai menemui kegagalan dalam menata persoalan itu maka itu akan menjadi awal masa depan yang buram. Membuat kondisi jadi serba mungkin dan dari segala kemungkinan itu, kekerasan atas nama agama akan berpeluang besar menjadi fenomena yang dominan.

Penulis : Hamzah Nur Mahasiswa
(Mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Komunikasi Islam, IAIM Sinjai)

Tulisan Tanggung Jawab Penuh Penulis

0 Komentar