Ramadhan Momentum Mewujudkan Ketakwaan

Herawati Haris

OPINI, Sulselpos.id - Kita telah melewati sepuluh hari pertama Ramadhan dan saat ini berada di sepuluh malam kedua ramadhan. Bulan yang sejatinya dinanti-nanti oleh jutaan bahkan milyaran umat Islam. 

Sebagaimana ditentunkan oleh Rasulullah SAW, memang sudah sepantasnya kaum Muslimin menyambut bulan Ramadhan dengan rasa suka cita dengan penuh keimanan. 

Meskipun untuk Ramadhan kali ini diwarnai dengan berita-berita yang cukup menguras emosi. Harga bahan pangan, BBM dan pajak yang meningkat menjelang ramadhan. 

Namun hal itu tidak menyurutkan semangat kaum Muslimin untuk menyambutnya, karena di dalam bulan Ramadhan ada ibadah yang sangat mulia dengan banyak pahala yang akan diraih. Sebagai Muslim yang taat dan patuh, momentum Ramadhan jelas tidak akan di sia-siakan. 

Sebagaimana ditunjukkan oleh semangat Rasulullah SAW dan para sahabat dalam menyambut bulan Ramadhan, mereka sangat serius mempersiapkan diri agar bisa memasuki bulan Ramadhan dan mengisinya dengan banyak amalan dan penuh keimanan, keikhlasan, semangat juga kesungguhan. 

Meski tidak dapat dipungkiri bahwa kenaikan harga menjelang ramadhan cukup membuat sebagian kaum muslim harus memasuki ramadhan dengan kondisi yang seadanya. Tetapi sebagai seorang Muslim sejati layaknya kita tetap menyambut Ramadhan dan mengisinya dengan penuh kebahagiaan.

Ramadhan Al-Mubarak dikenal memiliki berbagai keistimewaan. Ia yang dikenal sebagai syahrul Qur'an, syahrul jihad, syahrul shiyam dan beragam julukan yang menggambarkan keutamaannya sebagaimana ungkapan Arab, "Banyaknya nama menunjukkan kedudukan dari objek yang dinamai." 

Berbeda dengan ibadah lain, puasa merupakan ibadah yang istimewa, yakni ibadah untuk Allah, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Abu Harairah ra. "Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa, sebab ia hanyalah untukku dan Akulah yang akan membalasnya langsung ”. (HR Bukhari dalam Shahihnya: 7/226).

Selain puasanya sebagai ibadah yang istimewa, Ramadhan merupakan waktu yang spesial. Banyak keutamaan didalamnya, sebagaimana Sabda Baginda Rasulullah SAW, "Sekiranya umatku mengetahui keutamaan yang ada di bulan Ramadhan, niscaya mereka menghendaki agar sepanjang tahun adalah bulan Ramadhan.” (HR Ibnu Majah).

Dan didalam Bulan Ramadhan, ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, yakni malam lailatul qadar sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al Qadr. 

Lailatul qadar, waktu istimewa yang hanya Allah berikan untuk Umat Baginda Rasulullah SAW untuk mengejar kebaikan dan melipatgandakan pahalanya.

Menariknya, bulan Ramadhan tak hanya dikenal sebagai syahrul shiyam atau bulan ditegakkannya kefardhuan shaum Ramadhan tetapi juga syahrul Qur'an yang ditegaskan para ulama sebagai bulan diturunkannya Al-Qur'an, berdasarkan dalil dalam surat Al-Qadr ayat 1:

إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan."

Dalam ayat yang agung ini Allah Ta'ala menginformasikan turunnya Al-Qur'an pada malam lailatul qadr yakni suatu malam istimewa yang hanya datang pada bulan Ramadhan. Turun secara langsung keseluruhannya dari Lauh Mahfudz ke langit dunia.

Diperjelas juga dalam firmanNya, "Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)." (QS. Al-Baqarah: 185)

Dua ayat agung diatas menunjukkan secara jelas kedudukan Ramadhan sebagai syahrul Qur'an yang esensinya tak boleh dimaknai sempit sebagai ritual taubat tahunan yang cukup hanya dibaca namun ajarannya diabaikan dalam kehidupan. 

Hal tersebut relevan dengan petuah agung Baginda Rasulullah Saw., "Wahai umat manusia, sesungguhnya aku telah meninggalkan bagi kalian apa-apa yang jika kalian berpegang teguh pada keduanya, maka tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya." (HR. Al-Hakim, Al-Baihaqi)

Artinya syarat agar tidak tersesat selama-lamanya adalah dengan berpegang teguh terhadap Al-Qur'an dan As-Sunnah. 

Semua itu menunjukkan bahwa bulan Ramadhan  seharusnya dijadikan sebagai momentum membumikan ajaran-ajaran AlQur'an dalam kehidupan dengan landasan keimanan mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan bukan akidah sekularistik, bukan politik demokrasi, bukan ekonomi kapitalistik, bukan sosial-budaya liberalistik tetapi wajib kembali kepada ajaran Islam yakni akidah dan syariat.

Berbagai permasalahan yang mendera umat karena penerapan sistem sekuler kapitalisme. Yakni sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. 

Agama boleh dipakai hanya ditempat ibadah dan ranah individu, sementara untuk urusan kehidupan, aturan diserahkan kepada akal manusia yang serba lemah dan terbatas. Padahal Allah menurunkan Al-Qur'an sebagai hudan (petunjuk) bagi manusia. 

Imam Syafi'i ra  dalam bukunya Ar Risalah menjelaskan bahwa hukum-hukum yang dikandung Al-Qur'an dapat menjawab berbagai permasalahan kehidupan manusia, hanya perlu digali dengan ijtihad.

Allah memerintahkan manusia untuk mengikuti Al-Qur'an, sebagaimana firman Nya dalam Surat Al An'am ayat 155, yang artinya,

"Dan ini adalah Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan dengan penuh berkah. Ikutilah, dan bertakwalah agar kamu mendapat rahmat".

Penerapan Al-Qur'an secara totalitas merupakan bukti keimanan dan takwa kita kepada Allah SWT. Hakikat takwa, yang merupakan buah penggemblengan selama Bulan Ramadhan, yakni taat totalitas dengan menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.

Allah SWT berfirman dalam Surat Al A'raf  ayat 96 yang artinya, "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan"

Jika ingin negeri dan kehidupan ini selamat dunia dan akhirat, maka kembalilah kepada Al-Qur'an yang menjadi cahaya bagi kehidupan bagaikan rembulan indah yang menarik perhatianmu, memperhatikannya, memancarkan kepada kedua matamu cahaya yang kuat. Bagaikan matahari di langit dan sinarnya yang menaungi negeri-negeri di Timur dan Barat.

Penulis : Herawati Haris, S.pd
(Guru SMPN 7 Sinjai)

Tulisan Tanggung Jawab Penuh Penulis

0 Komentar