Budaya dan Perempuan dalam Revolusi Peradaban

Dini Amanarti
OPINI, Sulselpos.id - Ketika berbicara tentang budaya tentu tidak terlepas dari masyarakat. Mulai dari sejak dulu hingga sekarang , yang mana budaya atau kebiasaan itu selalu ditanamkan kepada generasi penerusnya. 

Sehingga jika melihat pada apa yang terjadi sekrang ini, masih banyak Budaya-Budaya yang sangat kental dan masih sering di lakukan oleh masyarakat terutama di lingkup jeneponto.
Terlepas dari hal tersebutjika berbicara tentang perempuan , merupakan suatau halyang menarik untuk menjadi pembahasan. 

Peremouan adalah salah satu ciptaan Tuhan yang bisa dikatakan Multi Fungsi atau dapat menjalankan banyak peran. Selain berperan dalam Keluarga, Perempuan juga dapat berperan dalam Masyarakat.

Jika kita kaitkan antara budaya dengan perempuan pada apa yang terjadi sejak dulu hingga saat ini. Menurut pandangan saya ketika membahas tentang perempuan masa dulu, saat itu perempuan tidak bisa melakukan apa-apa berkaitan dengan apa yang terjadi di lingkungan luar rumahnya. Dalam artian perempuan dibatasi oleh budaya, yang mana perempuan sering mengalami diskriminasi atau kekerasan dalam rumahnya, bahkan perempuan tidak diberikan kesempatan untuk menuntut ilmu.

Dari permasalahan itu bisa di katakan perempuan hanya bisa di dapur, di sumur dan di kasur saja. Hingga saat it perempuan hanya dirumah saja menyelesaikan pekerjaan rumah dan mengurus anaknya.

Tidak sampai di situ, salah seorang perempuan tidak menerima dan berusaha untuk merubah pola pikir masyarakat dan membelah Hak-hak perempuan dalam menghilangkan kekerasan, buta aksara, dan pernikahan dini. Bahkan berusaha menyetarakan antara laki-laki dan perempuan Terlepas dari emansipasi perempuan, saya kira Tampa saya sebutan namanya pembaca sudah tau nama dari perempuan yang telah berjasa memberikan hak dan kesempatan kepada perempuan untuk berkarya seperti halnya laki-laki.

Jika melihat situasi yang terjadi sekarang ini terutama di jeneponto, perempuan sudah mendapatkan hak yang sama seperti laki-laki. Dimana perempuan berhak untuk berkarir dan berpendidikan. Namun masih banyak kok perempuan yang putus sekolah, sehingga maraknya pernikahan dini. Bahkan bukan hanya itu, jika melihat survei pada tahun 2021 lebih dari 8.000. Kasus KDRT telah di laporkan di jeneponto. Itu menandakan bahwa Hak-hak perempuan untuk menuntut ilmu serta perannya di masyarakat masih terhalang oleh budaya dulu.

Ada beberapa solusi yang saya tawaran untuk permasalahan tersebut, yaitu mulai dari kesadaran diri sendiri bagaimana mengubah diri menjadi lebih baik untuk kedepannya. Sebagaimana yang di katakan Allah SWT dalam surah ar-ra'ad ayat 11 yang artinya : "sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri".

Selanjutnya sebagai pemuda terkhususnya perempuan di jeneponto harus mengubah mindset atau pola pikir masyarakat dan menerapkan akan pentingnya pendidikan bagi anak terkhusus pada perempuan. Yang saya harapan juga akan adanya campur tangan pemerintah dalam hal ini kesadaran untuk menerapkan akan pentingnya pendidikan kepada seluruh elemen-elemen masyarakat di jeneponto.
Dari banyaknya solusi yang saya tawaran untuk mencapai semua itu, butuh adanya tindakan. Sesuatu yang besar dimulai dari hal-hal yang kecil. Dan apa yang terjadi kedepannya tergantung dari apa yang kamu lakukan sekarang.       

Sebagai kesimpulan saya mengajak perempuan-perempuan yang ada di luar sana khususnya perempuan yang ada di jeneponto yang merasa belum berkeluarga atau berumahtangga untuk Pandai-pandai dalam memilih pasangan hidup. Solusi paling ampuh agar tidak terjadi KDRT ( Kekerasan dalam rumah tangga) tergantung dari kita memilih pasangan hidup, dan jika kita memilih pasangan hidup harus melihat dari keimanan dan pemahamannya tentang agama.

Penulis : Dini Amanarti
Mahasiswi IAI-AL AMANAH Fakultas Tarbiyah, Prodi Pendidikan Agama Islam Angkatan 2021.



0 Komentar