Indonesia dan Middle Income Trap


OPINI, Sulselpos.id - Secara garis besar, middle income trap adalah istilah yang mengacu pada keadaan ketika sebuah negara berhasil mencapai ke tingkat pendapatan menengah.


Tetapi tidak dapat keluar dari tingkatan tersebut untuk menjadi high income country atau negara dengan tingkat pendapatan yang tinggi. 


Menurut Bank Dunia, klasifikasi tersebut dilihat berdasarkan Gross National Income (GNI) yang biasa kita sebut dengan Pendapatan Nasional Bruto (PNB). 


Pada tahun 2020 ini, perhitungan klasifikasi oleh Bank Dunia menggunakan metode yang dinamakan Atlas Bank Dunia. 


Negara dengan ekonomi berpenghasilan rendah adalah mereka yang memiliki GNI per kapita $1.045 atau kurang; untuk ekonomi berpenghasilan menengah ke bawah adalah mereka yang memiliki GNI per kapita antara $1.046 dan $4.095; ekonomi berpenghasilan menengah ke atas adalah mereka yang memiliki GNI per kapita antara $4.096 dan $12.695; sedangkan ekonomi berpenghasilan tinggi adalah mereka yang memiliki GNI per kapita $12.696 atau lebih.


Pada saat sebelum dilanda pandemi Covid-19, indonesia telah berhasil keluar dari Lower-middle income dan berada pada upper-middle income sekalipun angka perubahan yang ditunjukkan sangatlah tipis. 


Namun, sangat disayangkan Pandemi Covid-19 menyebabkan kondisi perekonomian indonesia jatuh hingga membuat indonesia kembali berada pada kondisi Lower-middle income. (world bank, 1 Juli 2021)


Menurut badan pusat statistik Indonesia, Perekonomian Indonesia 2020 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp15.434,2 triliun dan PDB per kapita mencapai Rp56,9 Juta atau US$3.911,7. (BPS, 2021) Indonesia dalam hal ini mencanangkan untuk mencapai kondisi high income  sebelum tahun 2045. 


Tentunya untuk mencapai apa yang telah Indonesia cita-citakan, kita memerlukan pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan apa yang telah kita dapat selama dua puluh tahun terakhir.


Berbicara mengenai pertumbuhan ekonomi, maka banyak faktor yang perlu diperbincangkan. Namun, Apabila kita menginginkan pertumbuhan ekonomi yang konsisten dalam jangka panjang, maka kita membutuhkan adanya produktivitas, seperti halnya tenaga kerja yang dialokasikan ke inovasi produksi.


Didalam teori ekonomi neoklasik, dijelaskan bahwa input akan menghadapi diminishing returns (hukum ekonomi yang menyatakan jika satu input dalam produksi ditingkatkan semantara input lainnya dipertahankan.


Pada akhirnya akan terjadi penurunan output) sehingga dalam jangka panjang ekonomi akan mencapai steady-state atau suatu kondisi yang tidak menunjukka adanya suatu perubahan.


Namun, menurut Romer (dalam septiana 2019), ada satu faktor yang tidak mempunyai diminishing return, yakni inovasi atau ide karena bersifat non-rival and excludable. 


Dari data Asian Productivity Organization tahun 2021, Singapura mempunyai grafik total produktivitas yang meningkat pesat. Faktor tersebutlah yang membuat perekonomian Singapura tumbuh degan baik. 


Namun, hal tersebut berbanding terbalik dengan kondisi Indonesia. Di Indonesia, grafik total factor productivity periode tahun 1970-2019 terlihat masih datar, sehingga menjadi salah satu penghambat bagi negara kita untuk mengalami pertumbuhan ekonomi per kapita secara konsisten. 



Grafik produktivitas tenaga kerja

sumber: http://www.apo-tokyo-aepm.org/ 


Untuk meningkatkan produktivitas kita perlu memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Hal ini dapat dimulai dengan meningkatkan kualitas pendidikan serta mengatasi ketimpangan pendidikan yang masih terjadi di wilayah Indonesia. 


Dari tulisan ini dapat dilihat betapa pentingnya pendidikan untuk membantu pertumbuhan ekonomi. Jika pendidikan di Indonesia dioptimalkan dengan baik maka bukan tidak mungkin Indonesia dapat keluar dari middle income trap dan menjadi high income country.


Daftar pustaka


Arsyta, Kanzulia. 2021. Indonesia Emas 2045 : Mungkinkah untuk Keluar dari Middle Income

Trap?.https://www.kompasiana.com/kanzuliaarsyta/61453f1c53f9cd370c582f64/indonesia-emas-2045-mungkinkah-untuk-keluar-dari-middle-income-trap. Diakses 26 Oktober 2021.


Asian Productivity Organization. 2020. http://www.apo-tokyo-aepm.org/. Diakses pada 4 Desember 2021


Badan Pusat Statistik. 2021. https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/02/05/1811/ekonomi-indonesia-2020-turun-sebesar-2-07-persen--c-to-c-.html. Diakses pada 30 November 2021


Septiana, Muhamad Irfan. 2019 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkebangan Industri Kreatif Di Negara ASEAN. Skripsi. Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpas. Jawa Barat.

World Bank. 2021.

https://datahelpdesk.worldbank.org/knowledgebase/articles/906519-world-bank-country-and-lending-groups. Diakses pada 29 November 2021


Penulis : Amira Taqiya

(Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Alauddin Makassar)


Tulisan Tanggung Jawab Penuh Penulis

0 Komentar