Menelisik : Jejak Kader HMI


OPINI, Sulselpos.id - Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam usianya yang Ke-75 tahun ini, HMI mengalami hiruk pikuk yang sangat luar biasa baik dalam hirarki pengurus komisariat sampai tingkatan Pengurus Besar (PB).

Dalam manifestasi jalan lurus HMI yang kita tahu bahwa kejayaan HMI didasarkan oleh kulturnya yakni mengembangkan budaya membaca dan kajian yang menjadi telaah kritis dan pola konsumtif kader HMI.

Namun melihat Gerakan kader HMI saat ini terlalu euforia dengan bergening struktural. Himpunan sudah tidak lagi sebagai wadah transaksi dan transformasi gagasan melainkan merupakan produk transaksi kekuasaan kemudian apatis dalam hal memikirkan regenerasi yang akan menjadi tongkat stafet berikutnya.

Realitas kondisi hari ini HMI, ternyata dipandang sebagai organisasi yang mampu melahirkan kader-kader opurtunis dan krisis moral yang hanya memikirkan ego personal dan kelompok dengan mengedepankan persoalan kultur dan gerbong .

Perubahan yang cukup berimplikasi yang merombak secara totalitas sendi-sendi khittah perjuangan HMI yang secara tidak sadar telah menelanjangi marwah HMI. Saat ini kita dihadapkan dengan kondisi disorientasi dan terjadi dekadensi yang cukup memprihatinkan .

Keberadaan HMI tentu kita tau secara kolektif sebagai wadah atau laboraturium intelektual untuk mengembangkan dan membuka ruang sosial terhadap pengembangan cita-cita negara sebagai mana platfrom perjuangan yakni melihat persoalan kebangasaan dan keumatan.

Keadaan dilematis saat ini menjadi tantangan besar dalam mereaktualisasikan marwah organisasi sebagai mana termaktub dalam konstitusi, yakni konstruksi independensi organisatoris dan independensi etis dalam setiap pergerakan kader HMI.

Sebagai kader HMI perlu menanamkan nilai nilai kebenaran universal dalam menghadapi krisis moral ketika wawasan keumatan mulai menghilang dari setiap jejak langkah kader.

HMI bukan menjadi underbouw sebuah partai politik dan nonpraksis politik kekuasaan. Kita tahu bahwa Lafran Pane mendirikan HMI ada harapan yang besar, sebab pada saat HMI dideklarasikan adanya bentuk pengakuan bahwa sebagai kader ummat dan bangsa.

Kader HMI jangan hanya suka marah-marah, apalagi marah yang tidak ilmiah. Sebab senang marah adalah perilaku ketidak matangan dalam berpikir, ciri-ciri orang lemah akal, miskin wawasan . 

Jangan hanya menjadi kader oportunisme yang hanya mementingkan diri sendiri dan krisis moralitas. Tetapi kader HMI harus mengembangkan komitmen yang bergerak dalam khittah perjuangan lima kualitas insan cita dan memperjuangkan ummat dan bangsa Indonesia.

Penulis : Andi Maarkadafi 
(Kabid PAO HMI Korkom UMI)

Tulisan Tanggung Jawab Penuh Penulis

0 Komentar